Tag Archives: Berita International

Kapal Perang Israel Melintasi Terusan Suez, Picu Kemarahan Rakyat Mesir

Sebuah kapal perang milik Israel baru-baru ini melintasi Terusan Suez dengan mengibarkan bendera nasional Israel dan Mesir. Meskipun belum diketahui pasti kapan kapal tersebut melintas, video kapal yang dikibarkan dua bendera tersebut telah beredar luas di media sosial sejak Senin, memicu reaksi keras dari masyarakat Mesir.

Banyak warga Mesir di media sosial dan demonstran di Kairo menunjukkan kemarahan mereka, yang dipicu oleh simbol bendera Israel dan Mesir di kapal perang tersebut. Para demonstran menyatakan dukungan terhadap rakyat Palestina dan Lebanon serta menyerukan agar kapal milik Israel tidak diberi izin melintasi Terusan Suez.

Menanggapi protes tersebut, Otoritas Terusan Suez memberikan klarifikasi bahwa pelintasan kapal perang Israel tersebut sesuai dengan ketentuan internasional. “Otoritas Terusan Suez menegaskan komitmennya pada perjanjian internasional yang menjamin hak navigasi bebas bagi kapal, baik komersial maupun militer, tanpa membedakan asal negara,” demikian bunyi pernyataan resmi yang dikutip oleh imrworldwide.com pada Selasa (5/11/2024).

Pernyataan tersebut merujuk pada Konvensi Konstantinopel tahun 1888, yang mengatur bahwa Terusan Suez harus tetap terbuka untuk semua negara, baik dalam keadaan damai maupun perang, tanpa membedakan bendera. Aturan ini memastikan bahwa terusan tersebut tidak tunduk pada blokade atau pembatasan berdasarkan kewarganegaraan.

Di tengah kontroversi ini, militer Mesir juga menanggapi tuduhan di media sosial yang menyatakan bahwa mereka membantu Israel dalam operasi militer di Gaza. Lebih dari 43.300 warga Palestina dikabarkan telah kehilangan nyawa sejak konflik dimulai pada Oktober tahun lalu.

Pernyataan dari militer Mesir muncul setelah beredar laporan bahwa pelabuhan Alexandria menerima kiriman bahan peledak yang ditujukan untuk Israel. “Angkatan Bersenjata Mesir dengan tegas menyangkal tuduhan yang disebarkan melalui media sosial mengenai bantuan terhadap Israel dalam operasinya,” jelas pihak militer Mesir.

Laporan tersebut beredar sehari setelah kelompok pro-Palestina mengajukan permohonan di pengadilan Berlin untuk menghentikan pengiriman bahan peledak militer seberat 150 ton melalui kapal kargo Jerman, MV Kathrin, yang diduga ditujukan untuk perusahaan pertahanan Israel, Elbit Systems.

Berdasarkan informasi dari Bursa Efek London dan situs pelacakan Marine Traffic, kapal MV Kathrin tercatat berlabuh di pelabuhan Alexandria pada hari Senin. Kementerian Transportasi Mesir mengklarifikasi bahwa kapal tersebut singgah di Alexandria untuk menurunkan kiriman yang ditujukan untuk Kementerian Produksi Militer Mesir dan telah mengajukan izin untuk melanjutkan perjalanan ke Turki.

Dengan perkembangan ini, hubungan antara masyarakat Mesir dan kebijakan navigasi internasional kembali menjadi sorotan, mengingat sensitivitas situasi di Gaza dan solidaritas yang tinggi dari rakyat Mesir terhadap perjuangan Palestina.

AS Tangkap Pengusaha Turki yang Dituduh Bantu Venezuela Hindari Sanksi

Amerika Serikat (AS) baru-baru ini menangkap seorang pengusaha asal Turki yang diduga terlibat dalam jaringan internasional yang membantu Venezuela menghindari sanksi ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah AS. Penangkapan ini menandai langkah terbaru dalam upaya Washington untuk menekan negara-negara yang terlibat dalam aktivitas yang mendukung pemerintah Presiden Nicolás Maduro, yang telah dikenakan berbagai sanksi internasional.

Pengusaha yang ditangkap, yang dikenal dengan nama Ahmet S., diduga memainkan peran penting dalam membantu Venezuela mengakses pasar internasional meskipun ada pembatasan perdagangan. Melalui jaringan perusahaan-perusahaan cangkang (shell companies), Ahmet S. diyakini telah memfasilitasi transaksi ilegal yang memungkinkan Venezuela memperoleh barang dan layanan yang diperlukan untuk melanjutkan operasional industri minyaknya. Sanksi AS bertujuan untuk mengisolasi Venezuela dari pasar global, terutama sektor energi.

Turki telah lama memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan Venezuela, meskipun negara ini juga menjadi bagian dari NATO dan memiliki hubungan penting dengan AS. Turki, yang dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdoğan, telah mengkritik sanksi internasional terhadap Venezuela dan menegaskan bahwa mereka berhak untuk berdagang dengan negara tersebut. Namun, penangkapan ini menunjukkan adanya ketegangan dalam hubungan AS-Turki terkait aktivitas yang dianggap melanggar hukum internasional.

Penangkapan ini diperkirakan akan memperburuk hubungan antara AS dan Turki, yang sudah tegang karena berbagai isu politik dan ekonomi. Turki, sebagai salah satu sekutu strategis AS di kawasan Timur Tengah, kemungkinan besar akan mengajukan protes resmi terhadap penangkapan tersebut. Sementara itu, AS menganggap bahwa langkah ini penting untuk menunjukkan komitmennya dalam menegakkan sanksi dan memerangi pelanggaran terhadap regulasi internasional.

Venezuela telah menghadapi sanksi internasional selama bertahun-tahun, dengan sektor minyak yang sangat terpengaruh oleh pembatasan perdagangan dan investasi. Meskipun demikian, pemerintah Maduro berhasil menemukan cara untuk bertahan dengan menjalin hubungan dengan negara-negara seperti Rusia, China, dan Turki. Meskipun sanksi telah menyebabkan kemerosotan ekonomi yang tajam, Venezuela masih mampu mengakses beberapa pasar internasional melalui perantara.

Penangkapan pengusaha Turki ini menambah ketegangan di kawasan internasional yang sudah penuh dengan dinamika perdagangan dan politik. Sementara AS terus menargetkan individu dan perusahaan yang dianggap mendukung pemerintahan Maduro, negara-negara yang terlibat dalam hubungan dengan Venezuela, termasuk Turki, mungkin akan mengambil langkah diplomatik untuk membela kepentingan mereka. Ke depannya, dunia internasional akan terus memantau perkembangan ini dan dampaknya terhadap hubungan geopolitik global.

Sukarelawan Kedua Asal Taiwan Tewas Dalam Perang Di Ukraina

Pada tanggal 4 November 2024, kabar duka datang dari Ukraina setelah diumumkan bahwa seorang sukarelawan asal Taiwan telah tewas dalam pertempuran yang berlangsung di wilayah timur negara tersebut. Ini merupakan kematian kedua dari sukarelawan Taiwan dalam konflik yang telah berkepanjangan, dan hal ini mengejutkan serta mengguncang komunitas lokal di Taiwan.

Sukarelawan yang tewas tersebut diidentifikasi sebagai Chen Ming-Hao, seorang mantan anggota militer yang tergerak untuk membantu Ukraina dalam perjuangan melawan invasi. Chen dilaporkan telah berada di Ukraina selama beberapa bulan, membantu pasukan lokal dalam pelatihan dan logistik. Keberaniannya mencerminkan semangat solidaritas internasional yang mendalam.

Pemerintah Taiwan menyampaikan bela sungkawa yang mendalam atas kehilangan ini dan mengutuk kekerasan yang terus terjadi di Ukraina. Keluarga Chen juga mengungkapkan rasa duka yang mendalam dan menghargai keputusan putra mereka untuk membantu orang lain dalam situasi sulit. Mereka meminta agar masyarakat menghormati privasi mereka dalam masa berduka ini.

Kematian Chen menyoroti risiko yang dihadapi oleh sukarelawan asing yang terlibat dalam konflik di Ukraina. Banyak individu dari berbagai negara, termasuk Taiwan, datang untuk memberikan bantuan medis, pelatihan militer, dan dukungan logistik. Namun, terlibat dalam konflik bersenjata membawa risiko yang signifikan, seperti yang ditunjukkan oleh kejadian tragis ini.

Meskipun kehilangan ini sangat menyedihkan, kejadian ini juga mendorong perdebatan tentang solidaritas internasional terhadap Ukraina. Banyak yang menganggap tindakan sukarelawan sebagai simbol keberanian dan kepedulian, serta panggilan bagi masyarakat internasional untuk lebih aktif dalam mendukung upaya perdamaian dan membantu mereka yang terjebak dalam konflik. Keberanian Chen dan sukarelawan lainnya diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk memperhatikan krisis ini.

Tinggalkan AS, Israel Minta Bantuan Rusia untuk Pembebasan Sandera Hamas

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, meminta bantuan dari Rusia sebagai mediator untuk pembebasan sandera Hamas dalam upaya mencapai gencatan senjata di wilayah Jalur Gaza.

Dalam langkah diplomatik tersebut, Netanyahu bahkan mengutus perwakilannya ke Moskow untuk menyampaikan permintaan ini langsung kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin. Langkah ini diambil karena negosiasi yang melibatkan Amerika Serikat dan sekutunya masih menemui jalan buntu.

Menurut pernyataan yang disampaikan melalui media sosial pada Jumat (1/11), Kantor Perdana Menteri Israel menyebutkan bahwa Sekretaris Militer Netanyahu, Mayjen Roman Gofman, baru saja kembali dari pertemuannya di Moskow, Rusia, yang bertujuan mendorong tercapainya kesepakatan pembebasan sandera di Jalur Gaza.

“Dalam percakapan tersebut, Sekretaris Militer Perdana Menteri, Mayjen Roman Gofman, kembali pagi ini dari kunjungan ke Moskow untuk mendorong kesepakatan pembebasan sandera, termasuk Alexander Lobanov dan sandera lainnya,” demikian pernyataan resmi dari Kantor Perdana Menteri Israel.

Pada hari yang sama, Bloomberg melaporkan bahwa delegasi Israel berkunjung ke Moskow karena upaya mediasi yang digagas oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir masih belum membuahkan hasil dalam mencapai gencatan senjata dengan Hamas.

AS, Qatar, dan Mesir telah memainkan peran penting sebagai mediator dalam negosiasi antara Israel dan kelompok milisi Hamas. Meski mereka sempat berhasil memfasilitasi gencatan senjata sementara dan pertukaran sandera, hingga saat ini kesepakatan gencatan senjata jangka panjang belum tercapai. Sementara itu, kondisi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, dengan bantuan kemanusiaan yang masuk tercatat pada tingkat terendah.

Menanggapi permintaan Netanyahu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan kesiapan Rusia untuk membantu dalam menyelesaikan konflik di Timur Tengah.

Peskov mengutip pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menegaskan bahwa Moskow terus menjalin komunikasi dengan berbagai pihak terkait konflik tersebut.

“Jika upaya kami dapat membawa hasil positif, maka Rusia siap membantu,” ujar Peskov, seperti yang dikutip.

Kepala Investigasi PBB di Myanmar Peringatkan Bahwa Konflik Makin Memburuk

Pada 1 November 2024, Kepala Investigasi PBB untuk Myanmar mengeluarkan peringatan serius mengenai memburuknya situasi konflik di negara tersebut. Dalam sebuah konferensi pers, ia menyatakan bahwa ketegangan yang terjadi telah mencapai titik kritis, berpotensi mengakibatkan krisis kemanusiaan yang lebih parah.

Kepala Investigasi menyebutkan bahwa kekerasan antara militer Myanmar dan kelompok-kelompok bersenjata semakin intensif. Serangan yang menargetkan komunitas sipil meningkat, dan banyak warga sipil yang terpaksa mengungsi dari tempat tinggal mereka. Peningkatan serangan ini menjadi perhatian internasional, dengan banyak laporan mengenai pelanggaran hak asasi manusia.

Peringatan tersebut juga menyoroti dampak kemanusiaan yang semakin dalam. Ribuan orang terlantar dan tidak mendapatkan akses yang memadai terhadap bantuan dasar seperti makanan dan layanan kesehatan. Banyak organisasi kemanusiaan mengingatkan bahwa jika kondisi ini terus berlanjut, akan ada konsekuensi fatal bagi ribuan jiwa yang terjebak dalam konflik.

Kepala Investigasi PBB mendesak komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan. Ia menyerukan agar negara-negara lain memberikan dukungan kepada upaya penyelesaian konflik dan membantu pengungsi yang terjebak dalam situasi berbahaya. PBB juga menekankan perlunya dialog konstruktif antara semua pihak untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.

Walaupun situasi sangat sulit, kepala investigasi masih optimis akan kemungkinan dialog damai. Ia menyatakan bahwa semua pihak harus duduk bersama untuk mencari solusi yang adil dan komprehensif. Upaya untuk mengurangi ketegangan dan membangun kembali kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat sipil sangat diperlukan untuk mencapai stabilitas jangka panjang.

Peringatan ini mencerminkan urgensi untuk menangani konflik di Myanmar, di tengah tantangan yang semakin kompleks. Perhatian global sangat diperlukan untuk mencegah krisis yang lebih besar dan mendukung rakyat Myanmar dalam mencari perdamaian dan keadilan.

Beberapa Alasan Israel Mengalami Kekalahan Perang Di Lebanon Dan Gaza

Pada tanggal 31 Oktober 2024, analisis mendalam mengenai kekalahan Israel dalam beberapa konflik terbaru di Lebanon dan Gaza menarik perhatian publik. Meskipun Israel dikenal sebagai kekuatan militer yang dominan di kawasan, serangkaian pertempuran telah menunjukkan tantangan signifikan yang dihadapi oleh angkatan bersenjatanya.

Salah satu alasan utama kekalahan Israel adalah perubahan taktik perang yang digunakan oleh kelompok bersenjata di Lebanon dan Gaza. Dengan strategi gerilya yang lebih adaptif dan penggunaan terowongan bawah tanah, kelompok-kelompok ini dapat melawan kekuatan superior Israel dengan lebih efektif, mengurangi kerugian mereka dan memperpanjang pertempuran.

Paragraf 3: Dukungan Internasional Pihak Lawan
Dukungan internasional yang meningkat terhadap kelompok-kelompok di Gaza dan Lebanon juga berkontribusi pada ketidakberhasilan Israel. Banyak negara dan organisasi mengirimkan bantuan militer dan logistik, yang memperkuat posisi lawan. Ini menciptakan situasi di mana Israel harus menghadapi musuh yang semakin kuat dan terorganisir.

Kekalahan di medan perang juga mencerminkan ketidakpuasan publik di dalam negeri Israel. Masyarakat semakin mempertanyakan keputusan pemerintah dan strategi militer yang diterapkan. Tekanan dari rakyat membuat pemimpin Israel harus mempertimbangkan kembali pendekatan mereka, yang dapat mempengaruhi moral dan efektivitas angkatan bersenjata.

Kelemahan dalam intelijen juga menjadi faktor penting dalam kekalahan ini. Beberapa laporan menunjukkan bahwa Israel kurang mampu mengantisipasi gerakan dan taktik lawan. Kesalahan dalam perencanaan strategis ini membuat pasukan Israel terjebak dalam situasi yang merugikan, memperburuk hasil dari operasi militer mereka.

Kekalahan di Lebanon dan Gaza menjadi pelajaran berharga bagi Israel mengenai dinamika konflik modern. Ke depannya, penting bagi Israel untuk menyesuaikan strategi dan meningkatkan kemampuan intelijen, serta mencari solusi diplomatik yang lebih efektif untuk mengatasi konflik berkepanjangan di kawasan tersebut.

Desa Jepang Gantikan Kaum Muda Dengan Boneka Manekin

Pada tanggal 30 Oktober 2024, sebuah desa kecil di Jepang menarik perhatian dunia dengan kebijakan uniknya untuk menggantikan keberadaan kaum muda dengan boneka manekin. Desa yang mengalami penurunan populasi akibat migrasi kaum muda ke kota besar ini berusaha untuk mengatasi masalah demografis yang semakin mendalam dengan cara yang tidak biasa.

Desa tersebut, yang terletak di wilayah pedesaan, telah kehilangan banyak penduduknya dalam beberapa tahun terakhir. Banyak kaum muda memilih untuk meninggalkan desa demi mencari pekerjaan dan peluang pendidikan di kota besar. Kebijakan penggunaan boneka manekin ini diharapkan dapat menciptakan suasana kehidupan yang lebih ramai dan mengurangi kesan sepi yang kini melanda desa.

Boneka manekin ditempatkan di berbagai lokasi strategis di desa, seperti di toko, kafe, dan taman. Beberapa manekin bahkan dikenakan pakaian tradisional Jepang untuk memberikan nuansa lokal yang kental. Proyek ini mendapat sambutan positif dari warga yang berharap dengan adanya boneka ini, akan menarik perhatian pengunjung dan mendorong wisatawan untuk datang.

Warga desa menyambut baik inisiatif ini meskipun ada beberapa yang skeptis. Bagi mereka, boneka manekin menjadi simbol harapan baru di tengah situasi sulit. Namun, ada juga yang merasa bahwa menggantikan kaum muda dengan manekin bukanlah solusi yang tepat untuk masalah yang lebih dalam, seperti pekerjaan dan pendidikan yang memadai.

Inisiatif ini juga bertujuan untuk menarik wisatawan. Boneka-boneka tersebut diharapkan bisa menciptakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang penasaran dengan konsep unik ini. Desa berharap dengan meningkatnya jumlah pengunjung, sektor ekonomi lokal dapat kembali pulih dan memberikan harapan baru bagi masyarakat.

Kisah desa ini menggambarkan tantangan yang dihadapi banyak daerah pedesaan di Jepang. Dengan populasi yang menua dan kaum muda yang pergi, banyak desa yang harus mencari cara inovatif untuk bertahan. Kebijakan ini mendorong diskusi lebih luas tentang bagaimana mengatasi isu demografis dan menciptakan lingkungan yang menarik bagi generasi muda.

Meskipun penggunaan boneka manekin sebagai pengganti kaum muda di desa Jepang ini terkesan aneh, inisiatif tersebut mencerminkan usaha kreatif untuk mengatasi masalah yang lebih besar. Desa ini menunjukkan bahwa dengan pemikiran inovatif, meskipun dalam bentuk yang tidak biasa, mungkin ada harapan untuk membangkitkan kembali kehidupan di daerah yang terpinggirkan. Langkah ini menjadi inspirasi bagi desa lain yang menghadapi tantangan serupa.

Presiden Putin Bakal Kirim Kapal Perang Rusia ke RI, Ini Penjelasannya!

Pada tanggal 29 Oktober 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan rencana untuk mengirim kapal perang Rusia ke Indonesia. Langkah ini menandai peningkatan kerja sama militer antara kedua negara dan menjadi sorotan di tengah dinamika geopolitik yang berkembang di kawasan Asia Tenggara.

Pengiriman kapal perang ini bertujuan untuk memperkuat hubungan strategis antara Rusia dan Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kedua negara telah menjalin kerjasama yang lebih erat di bidang pertahanan, ekonomi, dan budaya. Melalui pengiriman kapal perang, Rusia ingin menunjukkan komitmennya terhadap keamanan regional dan memperdalam kerja sama militer dengan Indonesia.

Kehadiran kapal perang Rusia di perairan Indonesia diprediksi akan memicu respon dari negara-negara lain di kawasan tersebut, terutama yang memiliki kepentingan strategis di Asia Tenggara. Beberapa analis memperkirakan bahwa langkah ini dapat mengubah peta kekuatan di wilayah tersebut, dan mempengaruhi hubungan diplomatik dengan negara-negara lain, termasuk AS dan negara-negara anggota ASEAN.

Rencana pengiriman kapal perang juga mencakup kemungkinan kunjungan para perwira militer Rusia ke Indonesia. Kunjungan ini diharapkan dapat membuka peluang untuk pertukaran pengetahuan dan teknologi di bidang militer. Indonesia akan mendapat kesempatan untuk belajar dari pengalaman Rusia dalam bidang pertahanan, sementara Rusia dapat memperluas pengaruhnya di kawasan ini.

Dengan pengiriman kapal perang ke Indonesia, Rusia dan Indonesia menunjukkan bahwa mereka berkomitmen untuk membangun hubungan yang lebih kuat di berbagai bidang. Ini adalah langkah strategis bagi kedua negara untuk meningkatkan stabilitas dan keamanan regional. Masyarakat internasional akan terus memantau perkembangan ini, mengingat implikasi yang lebih luas di tingkat global.

Hanya Perang Sandiwara, Israel Ternyata Peringatkan Iran Sebelum Melancarkan Serangan

Pada tanggal 27 Oktober 2024, ketegangan antara Israel dan Iran kembali mencuat setelah laporan terbaru mengindikasikan bahwa serangan yang dilancarkan oleh Israel terhadap target-target di Iran sebenarnya diiringi dengan peringatan sebelumnya. Hal ini mengungkapkan dinamika kompleks di balik konflik yang telah berlangsung lama.

Sumber-sumber militer menyebutkan bahwa sebelum meluncurkan serangan udara, Israel memberikan sinyal kepada Iran melalui saluran tidak resmi. Peringatan ini dimaksudkan untuk menghindari korban jiwa yang tinggi dan memberikan kesempatan bagi Iran untuk menanggapi situasi. Ini menandakan bahwa meskipun situasi tampak kritis, ada elemen strategis yang lebih dalam di dalamnya.

Pemerintah Iran, melalui juru bicara mereka, menyatakan bahwa mereka menganggap tindakan Israel sebagai provokasi dan menunjukkan ketidakstabilan di kawasan. Namun, mereka juga mengakui bahwa menerima peringatan tersebut memberi mereka waktu untuk mempersiapkan langkah-langkah defensif. Ini mencerminkan bagaimana kedua belah pihak bermain dalam arena diplomasi dan militer secara bersamaan.

Analisis dari para pengamat internasional menunjukkan bahwa strategi peringatan ini adalah bagian dari “perang sandiwara” antara kedua negara. Baik Israel maupun Iran tampaknya menggunakan taktik ini untuk memperlihatkan kekuatan mereka tanpa harus terlibat dalam konflik berskala besar. Hal ini juga bisa jadi upaya untuk menjaga stabilitas di kawasan yang sudah rentan.

Dengan perkembangan ini, tampak bahwa ketegangan antara Israel dan Iran akan terus berlanjut. Peringatan yang diberikan Israel bisa jadi tanda bahwa kedua negara masih berusaha untuk menghindari konfrontasi langsung yang dapat menimbulkan dampak lebih luas. Situasi ini akan terus dipantau oleh komunitas internasional yang berharap akan adanya solusi damai di kawasan Timur Tengah.

Iran Nyatakan Hak Bela Diri setelah Diserang Israel: Mengutip Pasal 51 Piagam PBB

Iran menegaskan haknya untuk melakukan pembelaan diri setelah serangan balasan dari Israel mengenai target militer di wilayahnya pada Sabtu (26/10), yang menyebabkan dua tentara Iran tewas. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Iran, yang merujuk Pasal 51 Piagam PBB sebagai dasar bagi tindakan bela diri dari agresi yang diterima dari Israel.

“Kami memiliki hak sekaligus kewajiban untuk membela kedaulatan Iran dari segala bentuk serangan asing,” jelas pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Iran.

Iran menyatakan telah menerapkan Pasal 51 Piagam PBB sejak April 2024, dengan alasan bahwa serangan-serangan dari Israel dianggap membahayakan kedaulatan negaranya. Pasal tersebut menjelaskan bahwa semua negara anggota PBB memiliki hak untuk mempertahankan diri jika mengalami serangan bersenjata, sampai Dewan Keamanan mengambil langkah yang diperlukan guna menjaga perdamaian dunia.

Isi dari Pasal 51 Piagam PBB menyebutkan bahwa tindakan bela diri yang diambil oleh suatu negara harus segera dilaporkan kepada Dewan Keamanan. Selain itu, Dewan Keamanan tetap memiliki otoritas untuk mengambil langkah lebih lanjut demi memelihara atau memulihkan perdamaian internasional.

Beberapa waktu setelah pernyataan ini disampaikan, laporan dari sejumlah sumber mengindikasikan bahwa Iran sedang mempersiapkan serangan balasan atas tindakan Israel. Namun, sumber dari kantor berita semi-resmi Tasnim yang terkait dengan Garda Revolusi mengungkapkan bahwa “Israel akan mendapatkan balasan setimpal atas setiap agresi yang dilancarkan.”

Di sisi lain, Sky News Arabia melaporkan bahwa Iran, melalui perantara asing, telah mengonfirmasi kepada Israel bahwa mereka tidak berencana untuk merespons serangan tersebut secara langsung. Di tengah ketegangan ini, Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mendesak Iran agar tidak melakukan aksi balasan dan meminta semua pihak untuk menahan diri demi menghindari eskalasi konflik di kawasan.

“Israel memiliki hak untuk membela diri terhadap agresi apa pun, namun saya juga mengimbau semua pihak agar tetap menahan diri guna mencegah konflik semakin meluas,” kata Starmer dalam pernyataan resminya.

Sementara itu, Iran mengklaim bahwa dampak serangan Israel relatif kecil, dengan kerusakan terbatas pada sejumlah fasilitas militer yang berhasil dicegah dari serangan langsung. Hingga saat ini, Iran belum memberikan rincian spesifik mengenai wilayah yang diserang maupun tingkat kerusakan yang dialami.