Pyongyang kembali menunjukkan kekuatan militernya dengan meluncurkan serangkaian rudal jelajah strategis dalam latihan tempur yang berlangsung di Laut Kuning. Latihan ini diklaim sebagai bagian dari strategi pertahanan Korea Utara untuk memperkuat kemampuan serangan baliknya terhadap ancaman eksternal. Pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un, turut hadir secara langsung dalam latihan tersebut yang berlangsung pada Rabu (26/2), seperti dilaporkan oleh media pemerintah KCNA.
Menurut laporan tersebut, rudal yang diuji coba memiliki durasi terbang hingga 130 menit dan menempuh jarak sejauh 1.587 kilometer sebelum akhirnya mencapai sasaran dengan presisi tinggi. Pyongyang menegaskan bahwa uji coba ini menjadi sinyal kuat bagi negara-negara yang dianggap sebagai musuh, menegaskan kesiapan Korea Utara dalam mempertahankan kedaulatannya dengan berbagai opsi nuklir yang tersedia.
Gambar yang dirilis oleh media pemerintah memperlihatkan Kim Jong-un dengan teropong di tangannya, menyaksikan dengan seksama saat sebuah rudal menghantam target dan menyebabkan ledakan besar. Dalam pernyataannya, Kim Jong-un menekankan pentingnya memiliki kemampuan serangan yang kuat sebagai bentuk pertahanan terbaik. “Kemampuan serangan yang luar biasa adalah bentuk pencegahan paling sempurna,” tegasnya.
Ketegangan Meningkat di Semenanjung Korea
Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pyongyang menuduh musuh-musuhnya, terutama Korea Selatan dan Amerika Serikat, sengaja menciptakan instabilitas keamanan melalui latihan militer bersama. Bulan depan, Seoul bersama Washington akan menggelar latihan gabungan bertajuk Freedom Shield, yang sering kali dianggap oleh Korea Utara sebagai simulasi invasi terhadap wilayahnya.
KCNA tidak memberikan rincian lokasi pasti uji coba rudal tersebut, tetapi laporan dari situs pemantau Korea Utara, NK News, menyebutkan bahwa kemungkinan besar peluncuran dilakukan di wilayah Nampho, sekitar 130 kilometer dari perbatasan dengan Korea Selatan.
Semenanjung Korea sendiri masih berada dalam status perang teknis sejak konflik 1950-1953 berakhir tanpa perjanjian damai, melainkan hanya gencatan senjata. Sepanjang tahun lalu, Korea Utara terus meningkatkan aktivitas militer dengan meluncurkan berbagai rudal balistik, meskipun tindakan ini bertentangan dengan resolusi PBB.
Dugaan Keterlibatan Korea Utara dalam Perang Rusia-Ukraina
Selain meningkatkan aktivitas militernya di Semenanjung Korea, Korea Utara juga diduga telah mengirim ribuan tentaranya ke Rusia untuk berpartisipasi dalam konflik di Ukraina. Laporan intelijen Amerika Serikat dan Korea Selatan mengindikasikan bahwa pasukan Korut mengalami kerugian besar dalam pertempuran tersebut.
Baru-baru ini, sumber intelijen Korea Selatan yang dikutip AFP menyebutkan bahwa lebih banyak pasukan Korea Utara telah dikirim ke Rusia, meskipun jumlah pastinya masih belum dapat dikonfirmasi. Laporan lain menunjukkan bahwa beberapa pasukan Korea Utara telah ditempatkan kembali di garis depan perang di Kursk setelah sebelumnya ditarik akibat mengalami kerugian signifikan.
Sementara itu, Kim Jong-un terlihat semakin aktif dalam mengawasi kesiapan militernya. Ia baru saja mengunjungi akademi militer besar di Korea Utara, di mana ia mendorong pasukannya untuk memahami dan memanfaatkan pengalaman perang modern demi meningkatkan efektivitas pertempuran. Meski dugaan keterlibatan Korea Utara dalam konflik Rusia-Ukraina terus menguat, hingga kini baik Pyongyang maupun Moskow belum memberikan konfirmasi resmi terkait partisipasi pasukan Korut di medan perang tersebut.