Tag Archives: Musik Indonesia

Clara Riva Tampilkan Sisi Baru Lewat Lagu Ceria “Waktunya Pas”

Clara Riva, yang selama ini dikenal melalui lagu-lagu ballad penuh emosi, membuka lembaran baru dalam karier musiknya dengan merilis single terbarunya bertajuk Waktunya Pas. Lagu ini menandai peralihan gaya bermusik Clara ke arah yang lebih ceria dan enerjik. Dalam single tersebut, Clara menyuguhkan cerita tentang jatuh cinta di waktu yang tepat—sebuah momen yang membuat kita merasa seakan-akan dunia hanya milik berdua. Ia menggambarkan perasaan itu sebagai saat ketika seseorang datang di waktu yang paling sempurna, bukan terlalu cepat maupun terlambat.

Dalam pernyataannya, Clara mengaku bahwa lagu ini sangat merepresentasikan dirinya yang sebenarnya—ceria, penuh semangat, dan penuh cinta. Ia mengungkapkan bahwa Waktunya Pas lahir dari pengalaman pribadinya yang membuat lagu ini terasa sangat jujur dan dekat di hati. Lagu ini juga menjadi bentuk perayaan akan babak baru dalam hidupnya, menggantikan suasana mellow yang sempat mendominasi karya-karyanya terdahulu.

Clara juga menyampaikan betapa menyenangkannya proses rekaman yang dilakukan secara live, sesuatu yang memberikan energi baru dalam penggarapan lagu ini. Ia merasa senang karena akhirnya bisa mewujudkan keinginannya untuk memiliki lagu up beat yang memancarkan nuansa positif. Bahkan menurut Clara, momen rekaman tersebut adalah salah satu pengalaman paling menyenangkan selama dirinya berkarya di dunia musik.

Single Waktunya Pas kini telah tersedia di berbagai platform musik digital dan menjadi pembuka yang menggembirakan bagi perjalanan musikal Clara di tahun 2025. Dengan semangat baru ini, Clara berharap bisa terus menghadirkan karya yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga memberi semangat dan kebahagiaan bagi para pendengarnya.

D’Masiv Siap Guncang Jepang dengan Tur Tiga Kota dan Lagu Internasional

Grup musik D’Masiv siap menyapa para penggemarnya di Jepang lewat rangkaian tur yang akan berlangsung di tiga kota besar, yakni Osaka, Nagoya, dan Tokyo. Formasi lengkap band ini—Rian Ekky Pradipta (vokal), Nurul Damar Ramadan (gitar), Dwiki Aditya Marsall (gitar), Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata (bass), dan Wahyu Piadji (drum)—akan membawakan sekitar 15 lagu dalam setiap konsernya. Mereka menjanjikan penampilan yang tak jauh berbeda dari konser-konser sebelumnya, dengan beberapa lagu yang disesuaikan di setiap kota.

Vokalis Rian menyebutkan bahwa lagu-lagu berbahasa Inggris seperti Side By Side dan November akan menjadi bagian dari daftar lagu yang dibawakan, sebagai upaya untuk menarik perhatian pendengar internasional. Selain itu, D’Masiv juga telah melakukan riset terhadap preferensi musik para penggemarnya di Jepang. Menariknya, beberapa lagu yang sebenarnya bukan hits utama di Indonesia justru menjadi permintaan khusus dari fans Jepang, salah satunya adalah lagu “Ingin Lekas Memelukmu Lagi”.

Rian juga sempat mengungkapkan keinginan untuk menerjemahkan salah satu lagu mereka ke dalam bahasa Jepang, namun rencana tersebut belum sempat diwujudkan karena keterbatasan waktu. Meski begitu, ia menyatakan akan tetap mempelajari beberapa sapaan khas Jepang untuk menyambut para penonton. Konser D’Masiv akan digelar di Osaka pada 18 April 2025, disusul Nagoya pada 19 April, dan Tokyo pada 20 April. Tiket tersedia melalui platform loket.com.

Tangis Inul di Pusara Maestro: Kenangan Manis Bersama Titiek Puspa

Inul Daratista tak kuasa menahan haru saat mengenang sosok almarhumah Titiek Puspa, yang ia sebut sebagai maestro dan legenda musik Indonesia. Kehadiran Inul bersama sang suami di pemakaman di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, menjadi bukti kedekatannya dengan sosok yang akrab ia panggil “eyang”. Bagi Inul, Titiek bukan hanya panutan di atas panggung, tetapi juga guru sejati yang tak segan berbagi ilmu kepada para generasi muda tanpa pamrih.

Titiek dikenal sebagai sosok yang hangat dan murah hati, kerap memberikan wejangan kepada Inul dan musisi lain agar tetap rendah hati dalam setiap kondisi, serta tidak melupakan pentingnya berbagi pada sesama. “Eyang selalu bilang, jadi orang harus baik, rendah hati, dan jangan lupa membantu yang membutuhkan,” tutur Inul sambil menyeka air matanya.

Jenazah Titiek tiba di lokasi peristirahatan terakhir sekitar pukul 13.30 WIB, disambut oleh ratusan pelayat yang telah memenuhi area pemakaman. Ia dimakamkan di Blok AA1-Bled 48, area khusus yang menjadi tempat persemayaman sejumlah tokoh penting bangsa. Titiek wafat di usia 87 tahun setelah menjalani operasi akibat pendarahan otak, dan mengembuskan napas terakhir di RS Medistra, Kamis sore.

Semasa hidupnya, seniman bernama asli Sudarwati ini dikenal aktif mencipta lagu, menyanyi, hingga bermain peran. Karya operetnya seperti “Bawang Merah Bawang Putih” dan film “Karminem” menjadi warisan budaya yang tak terlupakan.

Anggun Kenang Titiek Puspa: Ibu Musik Indonesia yang Jadi Inspirasi Seumur Hidup

Anggun C Sasmi mengenang sosok mendiang Titiek Puspa sebagai panutan dan inspirasi besar dalam perjalanan musikalnya. Ia mengungkapkan kekagumannya terhadap kemampuan Titiek dalam menciptakan lagu-lagu dengan lirik yang sarat makna serta melodi yang tidak biasa. Menurut Anggun, cara Titiek merangkai kata dan musik adalah sebuah pembelajaran yang membekas hingga kini. Melalui unggahannya di Instagram pada Kamis, Anggun menyebut pengalaman menyaksikan langsung proses kreatif Titiek saat masih kecil adalah momen yang sangat berkesan. Ia menceritakan masa ketika ia dipercaya tampil dalam acara televisi Operet Papiko, sebuah tayangan musik yang digarap secara serius oleh Titiek dan menjadi favorit masyarakat di masa itu. Anggun yang saat itu baru berusia sembilan tahun mengaku bangga menjadi bagian dari program tersebut. Ia menyaksikan sendiri bagaimana Titiek bekerja keras dari pagi hingga malam untuk menghasilkan pertunjukan berkualitas. Menurut Anggun, Titiek adalah figur pelopor yang membuka jalan bagi banyak musisi perempuan di Indonesia, sehingga pantas disebut sebagai “ibu musik Indonesia” yang penuh kharisma dan kasih. Anggun pun menyampaikan rasa duka dan terima kasih atas semua warisan seni dan kenangan yang telah ditinggalkan oleh sang legenda. Titiek Puspa tutup usia pada Kamis pukul 16.30 WIB dalam usia 87 tahun. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai seniman serba bisa yang tidak hanya bernyanyi dan mencipta lagu, tetapi juga bermain peran dalam berbagai film Indonesia.

Anya Geraldine Goyang Asik di “Mendadak Dangdut”, Bukan Remake Tapi Rasa Baru

Anya Geraldine membagikan pengalamannya memerankan tokoh Naya dalam film “Mendadak Dangdut” dengan penuh antusiasme. Ia menyebut peran tersebut mengalir begitu saja tanpa hambatan yang berarti. Menurutnya, proses persiapan justru terasa menyenangkan. Dalam konferensi pers di Jakarta, Anya mengaku belajar menyanyi serta koreografi demi mendalami karakter Naya yang erat kaitannya dengan dunia musik dangdut. Ia mengikuti beberapa sesi latihan hingga akhirnya menemukan gaya goyangan yang nyaman dan pas untuk karakternya.

Goyangan khas ala biduan itu juga sempat ditampilkan dalam trailer film, di mana tokoh Naya terlihat menyanyi dan berjoget di tengah kerumunan penonton. Anya mengatakan bahwa koreografi itu muncul secara spontan dan alami, menonjolkan gerakan pinggul yang menjadi ciri khas penampilan dangdut. Dalam film ini, ia bahkan merekam enam lagu dangdut dan satu lagu indie. Meski menyanyi jadi tantangan, ia merasa terbantu karena pernah mengikuti les vokal selama satu tahun sebelum terlibat dalam proyek ini.

“Mendadak Dangdut” garapan sutradara Monty Tiwa ini bukanlah remake atau versi ulang, melainkan kisah baru dengan kemasan segar. Film ini menyajikan perpaduan komedi, drama keluarga, dan musik yang merefleksikan benturan budaya serta transformasi hidup. Dijadwalkan tayang pada 30 April, film ini juga menandai kembalinya SinemArt ke industri perfilman setelah vakum cukup lama. Produser eksekutif David Setiawan Suwarto menyebut karya ini sebagai bentuk kebanggaan terhadap musik dangdut sebagai identitas budaya Indonesia.

Cholil Mahmud Ajak Musisi Muda Melek Hak Cipta di Era Digital

Vokalis band Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud, menyampaikan pesan penting kepada para musisi muda agar lebih peka dan memahami hak cipta. Menurutnya, hak cipta merupakan hal yang wajib diketahui, terutama bagi musisi yang karyanya sudah tersebar di platform digital seperti YouTube dan Spotify. Cholil menekankan bahwa begitu karya dipublikasikan secara daring, musisi tersebut telah otomatis menjadi bagian dari industri musik global. Karena itu, pemahaman terhadap hak cipta menjadi sangat penting agar para kreator dapat menikmati hasil dari karya mereka sendiri.

Dalam wawancara virtual bersama kumparan, Cholil menyebut bahwa musisi masa kini memiliki akses yang jauh lebih mudah untuk berkarya berkat kemajuan teknologi. Namun, kemudahan ini juga harus diiringi dengan kesadaran hukum, khususnya soal hak cipta. Ia menyoroti bahwa jumlah musisi terus bertambah, sehingga relevansi Undang-Undang Hak Cipta menjadi semakin besar. Cholil juga menyoroti bahwa sistem distribusi royalti di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan luar negeri, di mana pencipta lagu bahkan bisa hidup hanya dari satu lagu yang viral, atau dikenal dengan istilah One Hit Wonder.

Menurutnya, distribusi dan pengumpulan royalti yang berjalan baik memungkinkan pencipta lagu memperoleh penghasilan layak tanpa perlu mencari pekerjaan tambahan. Sebagai Pelaksana Tugas Ketua Umum FESMI, Cholil juga menegaskan pentingnya tata kelola yang baik dari Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) dan LMKN, serta keterlibatan publik dalam mengawasi kinerja lembaga-lembaga tersebut demi terciptanya industri musik yang sehat dan adil.

NOAH dan RAMENGVRL Tanggapi Kritik Lagu ‘Suara Dalam Kepala’ dengan Santai

Grup musik NOAH baru-baru ini merilis lagu berjudul Suara Dalam Kepala pada 21 Februari lalu, menandai karya pertama mereka setelah hiatus sejak akhir 2023. Dalam lagu ini, NOAH menggandeng penyanyi hip hop, RAMENGVRL, yang memberikan sentuhan berbeda dengan memasukkan elemen rap dalam karya ini. Gabungan antara genre pop NOAH dan hip hop RAMENGVRL menjadi sesuatu yang unik dan menarik di industri musik Indonesia.

Namun, hampir sebulan setelah lagu dirilis, beberapa penggemar NOAH mulai mencibir bagian rap yang diisi oleh RAMENGVRL. Merespons hal ini, RAMENGVRL tidak merasa terganggu. Ia menyatakan bahwa perbedaan selera adalah hal yang biasa dalam dunia musik. “Pertama, buat gue, suka atau enggak suka itu bukan masalah. Itu selera. Kedua, lo doang kali yang nggak biasa denger rap,” ujar RAMENGVRL dalam konferensi pers virtual pada Jumat (14/3).

RAMENGVRL mengaku sudah terbiasa menerima kritik terhadap bagian rap dalam lagunya. Ia pun berpendapat bahwa banyak pendengar Indonesia mungkin belum terbiasa dengan gaya rap yang ia bawa. “Gue udah biasa dengan komentar ‘rap kok begini, begitu’. Menurut gue, lo aja yang kurang referensi,” ujarnya.

Ariel, vokalis NOAH, juga turut memberikan pembelaan. Ia menjelaskan bahwa kritikan tersebut mungkin karena para penggemar NOAH belum terbiasa dengan adanya rap dalam lagu-lagu mereka. Ariel menambahkan bahwa untuk mereka yang terbiasa dengan karya khas NOAH, perubahan ini memang terasa asing. Meski demikian, Ariel menegaskan bahwa mereka tidak berencana merilis lagu ini tanpa bagian rap. “Enggak ah, yang ini lebih seru,” jawab Ariel ketika ditanya oleh RAMENGVRL mengenai kemungkinan merilis lagu tanpa rap.

Selain itu, setelah lagu dirilis, NOAH juga mengeluarkan video musik Suara Dalam Kepala yang dapat disaksikan melalui YouTube resmi mereka. Lagu ini menjadi proyek pertama bagi NOAH yang memasukkan elemen hip hop dalam musik mereka, sebuah langkah baru yang menarik perhatian penggemar mereka.