Suriah di bawah kepemimpinan baru Ahmed Al Sharaa berjanji untuk menghormati kedaulatan Lebanon dan menghindari campur tangan negatif di negara tetangga tersebut. Janji ini disampaikan oleh Sharaa kepada para pemimpin Druze Lebanon dalam pertemuan yang berlangsung pada Minggu (22/12/2024). Ia menegaskan bahwa Suriah akan menjaga jarak dari urusan internal Lebanon dan menghormati sepenuhnya integritas dan stabilitas negara tersebut.
Dikutip dari AFP, Sharaa mengatakan, “Suriah menghormati kedaulatan Lebanon, kesatuan wilayahnya, independensi keputusannya, dan stabilitas keamanannya.” Pernyataan ini datang setelah berbulan-bulan ketegangan di wilayah tersebut, di mana Suriah sering kali dikaitkan dengan intervensi yang merusak stabilitas Lebanon. Dalam pertemuan itu, Walid Jumblatt, tokoh Druze yang juga seorang kritikus lama dari rezim Bashar al-Assad, bertemu dengan Sharaa. Jumblatt adalah pemimpin Lebanon pertama yang berkunjung ke Damaskus setelah serangan besar yang dilancarkan oleh kelompok Hayat Tahrir Al Sham (HTS) dan sekutu pemberontaknya pada Desember 2024, yang mengarah pada upaya merebut Damaskus.
Sharaa mengakui bahwa selama bertahun-tahun, Suriah telah menimbulkan ketakutan dan kecemasan di Lebanon, terutama terkait dengan pengaruh militer dan politik yang kuat di negara tersebut. Sejak Suriah mengirimkan pasukannya ke Lebanon pada tahun 1976 untuk ikut mengakhiri perang saudara, pasukan Suriah telah menjadi kekuatan dominan di Lebanon, mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan sosial dan politik di negara tersebut. Pasukan Suriah hanya meninggalkan Lebanon pada tahun 2005, setelah tekanan internasional yang meningkat, terutama setelah pembunuhan mantan Perdana Menteri Rafic Hariri, yang diduga terkait dengan Suriah dan sekutunya, Hizbullah.
Walid Jumblatt sendiri memiliki sejarah panjang dengan rezim Assad, termasuk tuduhan bahwa Suriah terlibat dalam pembunuhan ayahnya pada tahun 1977. Meskipun demikian, Jumblatt tampaknya membuka pintu untuk dialog dengan Suriah di bawah kepemimpinan Sharaa. Sharaa juga mencatat bahwa Suriah akan bersikap netral terhadap semua pihak di Lebanon, dengan tidak membedakan satu kelompok pun.
Dalam konteks ini, meskipun hubungan antara Suriah dan Lebanon selalu rumit dan penuh ketegangan, janji Suriah untuk menghormati kedaulatan Lebanon menunjukkan langkah baru dalam hubungan bilateral yang sebelumnya terwarnai intervensi militer dan politik yang signifikan. Sebagian kalangan di Lebanon menyambut baik perubahan ini, berharap dapat mendorong stabilitas lebih lanjut di negara yang selama bertahun-tahun dilanda ketegangan politik dan sektarian.