Ukraina Kejutkan Rusia, Putin Balas Dendam Dengan Merebut Kota Kurakhove

Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa pasukannya telah berhasil merebut kota Kurakhove, yang terletak 32 km di selatan Pokrovsk. Kota ini menjadi target utama pasukan Rusia setelah bertahan selama berminggu-minggu di tangan pasukan Ukraina. Keberhasilan ini menunjukkan upaya Rusia untuk memperkuat posisi mereka di wilayah Donetsk.

Merebut Kurakhove dianggap sebagai langkah strategis bagi Rusia untuk meningkatkan laju ofensif mereka di wilayah Donetsk. Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa penguasaan kota ini akan memungkinkan mereka untuk melanjutkan serangan ke daerah-daerah lain yang lebih penting. Ini mencerminkan ambisi Rusia untuk memperluas kontrol wilayahnya dalam konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun.

Kelompok pemantau Ukraina, DeepState, melaporkan bahwa sebagian besar wilayah Kurakhove kini berada di bawah kendali Rusia. Namun, kelompok pasukan Khortytsia Ukraina menyatakan bahwa mereka terus berupaya untuk mengidentifikasi dan mengusir pasukan penyerang Rusia dari garis depan. Ini menunjukkan bahwa meskipun mengalami kemunduran, pasukan Ukraina tetap berkomitmen untuk mempertahankan wilayah yang tersisa.

Sementara itu, laporan dari blogger perang Rusia mengindikasikan bahwa Ukraina juga melancarkan serangan di wilayah Kursk selama dua hari berturut-turut. Situasi di Kursk digambarkan sebagai mengkhawatirkan, dengan pelaku perang menyatakan bahwa serangan tersebut menunjukkan ketidakstabilan di garis depan. Ini menandakan bahwa meskipun mengalami tekanan, Ukraina masih memiliki kemampuan untuk melakukan serangan balik.

Keberhasilan Rusia dalam merebut Kurakhove dapat mempengaruhi posisi negosiasi kedua belah pihak saat bersiap untuk kemungkinan perundingan damai tahun ini. Dengan Rusia yang terus memperkuat cengkeramannya di wilayah timur Ukraina, hal ini dapat memberikan keuntungan dalam perundingan mendatang. Namun, Ukraina juga berharap dapat mempertahankan wilayah yang telah mereka rebut dan meningkatkan posisi tawar mereka.

Kedua belah pihak kini berusaha meningkatkan posisi mereka sebelum pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump pada 20 Januari 2025. Trump telah menyatakan niatnya untuk segera mengakhiri konflik, tetapi tidak menjelaskan bagaimana cara melakukannya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Ukraina mengenai kemungkinan pengurangan dukungan militer dari AS setelah pergantian kepemimpinan.

Dengan pertempuran yang terus berlangsung dan situasi yang semakin kompleks, tahun 2025 diperkirakan akan menjadi tahun penuh tantangan bagi kedua belah pihak dalam konflik ini. Semua pihak kini diajak untuk memperhatikan perkembangan situasi dan dampaknya terhadap keamanan regional. Keberhasilan dalam mempertahankan atau merebut wilayah akan sangat menentukan masa depan hubungan antara Ukraina dan Rusia serta stabilitas Eropa secara keseluruhan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *