DAMASKUS – Keberadaan Presiden Suriah Bashar al-Assad kini masih belum jelas, dengan beberapa sumber oposisi mengklaim bahwa ia telah meninggalkan negara tersebut. Menurut laporan Reuters, yang mengutip informasi dari seorang perwira senior angkatan darat, al-Assad dikabarkan naik pesawat dan pergi ke lokasi yang tidak diketahui. Penerbangan terakhir yang terdeteksi berangkat dari Damaskus sebelum ibu kota direbut oleh pemberontak adalah pesawat Ilyushin76 dengan nomor penerbangan Syrian Air 9218, yang sinyal penerbangannya hilang tak lama setelah lepas landas di atas kota Homs yang saat itu sudah dikuasai oleh pemberontak.
Bashar al-Assad: Dari Putra Mahkota ke Presiden Suriah
Bashar al-Assad, yang saat ini berusia 59 tahun, mengambil alih tampuk kekuasaan pada tahun 2000 setelah meninggalnya ayahnya, Hafez al-Assad, yang telah memerintah Suriah selama hampir tiga dekade. Sebelum menjadi presiden, Bashar adalah seorang dokter mata yang lulus dari universitas di Damaskus dan melanjutkan studinya di London. Namun, takdirnya berubah setelah sang kakak, Bassel al-Assad, yang sebelumnya diperkirakan akan menggantikan ayah mereka, meninggal dalam kecelakaan mobil.
Setelah menduduki jabatan presiden, Bashar al-Assad memimpin Suriah di bawah rezim Partai Ba’ath, sebuah partai yang mendominasi kehidupan politik negara tersebut. Ia juga menjabat sebagai panglima tertinggi militer, sebuah posisi yang sangat kuat dalam pemerintahan Suriah.
Surviving Arab Spring dan Perang Suriah
Namun, masa pemerintahannya tidaklah tenang. Pada 2011, gelombang protes yang dipicu oleh Arab Spring mengguncang dunia Arab, termasuk Suriah. Ratusan ribu warga Suriah turun ke jalan menuntut reformasi dan demokrasi. Sebagai respons, al-Assad mengambil tindakan keras yang berujung pada penggunaan kekerasan yang sangat brutal, yang akhirnya mengarah pada perang saudara yang masih berlangsung hingga saat ini. Protes yang awalnya damai berubah menjadi konflik bersenjata, dengan al-Assad sering menyebut para lawannya sebagai “teroris.”
Selama konflik yang menghancurkan ini, al-Assad dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil. Pemerintahannya juga terlibat dalam penindasan terhadap kelompok minoritas seperti suku Kurdi dan penghilangan paksa terhadap individu yang dianggap sebagai ancaman politik.
Keluarga Assad: Kekuasaan yang Berlanjut Lebih dari Setengah Abad
Keluarga Assad telah memerintah Suriah lebih dari lima dekade. Hafez al-Assad, ayahnya, memulai kekuasaan pada tahun 1971, dan ketika meninggal pada 2000, Bashar yang saat itu masih relatif muda dan tidak banyak dikenal, diangkat untuk melanjutkan pemerintahan. Meskipun sering kali dipandang sebagai pemimpin yang tegas, cara pemerintahannya kerap menghadapi kritik dari dunia internasional.
Setelah berjuang selama lebih dari sepuluh tahun menghadapi pemberontakan yang berubah menjadi perang saudara, Bashar al-Assad berhasil mempertahankan kekuasaannya dengan bantuan sekutu-sekutu internasional dan milisi yang loyal, meskipun ia belum pernah benar-benar memenangkan perang ini. Tindakannya yang keras terhadap oposisi dan penggunaan kekuatan militer yang luar biasa besar membuat Suriah terjerumus lebih dalam ke dalam kehancuran. Ratusan ribu nyawa hilang, dan jutaan orang lainnya harus mengungsi dari rumah mereka.
Bashar al-Assad: Pemimpin yang Bertahan di Tengah Kehancuran
Kendati telah menghadapi banyak tuduhan pelanggaran berat, al-Assad tetap mempertahankan kontrol atas sebagian besar wilayah Suriah, meskipun negara ini terpecah. Di bawah tekanan internasional dan ancaman pemberontak, Bashar al-Assad tetap di posisi yang kuat, berkat dukungan dari Rusia, Iran, dan sekutu lainnya. Namun, statusnya sebagai pemimpin yang sah tetap dipertanyakan oleh banyak pihak, dengan banyak yang menilai pemilu yang diadakan di wilayah yang dikuasai pemerintah sebagai tidak sah dan tidak demokratis.
Sampai kini, nasib Bashar al-Assad masih belum jelas, meskipun pengaruhnya tetap besar di Suriah. Keberadaan dan masa depan negara ini akan sangat bergantung pada peranannya di tengah-tengah persaingan internasional dan perjuangan untuk mendapatkan kembali kendali penuh atas tanah airnya.