Pernyataan kontroversial Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini memicu berbagai reaksi, terutama di Kanada. Dalam unggahannya di platform media sosial Truth Social pada Kamis (19/12/2025), Trump mengemukakan gagasan bahwa Kanada sebaiknya bergabung menjadi negara bagian ke-51 Amerika Serikat. Trump menyatakan bahwa banyak warga Kanada yang mendukung ide tersebut, dengan alasan untuk menghemat pajak dan mendapatkan perlindungan militer yang lebih baik.
Trump, yang dikenal dengan komentar-provokatifnya, menuliskan, “Banyak warga Kanada menginginkan Kanada menjadi Negara Bagian ke-51. Mereka akan menghemat banyak pajak dan mendapatkan perlindungan militer. Saya pikir itu ide yang bagus. Negara Bagian ke-51!!!” Trump juga menyentil situasi politik yang tengah bergolak di Kanada, terutama setelah pengunduran diri Wakil Perdana Menteri Chrystia Freeland yang baru saja terjadi.
Namun, gagasan Trump langsung mendapat reaksi keras dari sebagian besar warga Kanada. Banyak yang menganggapnya sebagai candaan yang tidak pantas, bahkan sebuah survei terbaru dari Leger menunjukkan hanya 13 persen dari warga Kanada yang mendukung ide tersebut. Meskipun begitu, Trump tetap melanjutkan komentarnya. Pada sebuah pertemuan dengan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, di Mar-a-Lago, Florida, Trump kembali menyarankan agar kedua negara bergabung untuk mengatasi masalah perdagangan dan imigrasi ilegal yang sering muncul di perbatasan AS.
Komentar Trump tidak hanya menuai kritik, tetapi juga memperburuk ketegangan antara kedua negara. Bahkan, Trump menyebut Justin Trudeau sebagai “gubernur Kanada” dalam beberapa unggahannya, sebuah istilah yang merujuk pada pemimpin negara bagian di AS. Hal ini memicu spekulasi bahwa Trump sedang berusaha mengintimidasi pemerintah Kanada, terutama setelah pengunduran diri Freeland yang menambah ketegangan politik di Ottawa.
Para ahli politik di Kanada berpendapat bahwa pernyataan Trump ini merupakan bagian dari strategi intimidasi yang kerap digunakan dalam negosiasi. Profesor Max Cameron dari Universitas British Columbia berpendapat bahwa selama Trump berkuasa di Washington, hubungan Kanada-AS akan terus menghadapi tantangan besar. Sementara itu, Profesor Stephanie Chouinard dari Universitas Queen menilai bahwa Trump berusaha memanfaatkan ketidakstabilan politik di Kanada untuk menekan Trudeau.
Di sisi lain, pemerintah Kanada tetap tenang merespons pernyataan Trump. Menteri Keamanan Publik Kanada, Dominic LeBlanc, menegaskan bahwa meskipun Trump sering mengeluarkan komentar yang kontroversial, hubungan kedua negara tetap produktif. Untuk meredakan ketegangan, Kanada bahkan mengumumkan langkah-langkah baru untuk meningkatkan keamanan di perbatasan, seperti penambahan petugas keamanan dan mempererat kerja sama dengan AS dalam menangani kejahatan lintas negara.
Selain itu, Trump dalam unggahan terpisah menyatakan bahwa Amerika Serikat mensubsidi Kanada lebih dari USD 1 miliar per tahun, sebuah klaim yang langsung dibantah oleh sejumlah pihak. Meskipun angka yang dikemukakan Trump tidak jelas, data perdagangan AS pada 2022 menunjukkan defisit perdagangan dengan Kanada sebesar USD 53,5 miliar, yang dianggap tidak signifikan jika dibandingkan dengan total perdagangan barang dan jasa antara kedua negara yang mencapai hampir USD 909 miliar.
Dengan pernyataan dan komentar yang terus berkembang, ketegangan antara Kanada dan AS nampaknya akan terus berlanjut. Namun, banyak pihak yang menganggap semua ini sebagai bagian dari permainan politik, dengan tujuan meningkatkan posisi tawar Trump dalam hubungan internasional.